Info Terbaru 2022

Big Book “Di Dalam Hutan” Media Adaptasi Literasi

Big Book “Di Dalam Hutan” Media Adaptasi Literasi
Big Book “Di Dalam Hutan” Media Adaptasi Literasi
 Pembiasaan pada acara literasi ialah bab tahapan  Big Book “Di Dalam Hutan” Media Pembiasaan Literasi
Big book “ di dalam hutan” ialah media penyesuaian membaca.
Pembiasaan pada acara literasi ialah bab tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang bertujuan untuk menumbuhkan minat baca akseptor didik terhadap buku (bacaan) dan acara membaca sesuai dengan Permendikbud No 23 tahun 2015. Kegiatan penyesuaian bisa dikelompokkan menjadi 2 bab yaitu acara penyesuaian jenjang SD kelas bawah dan jenjang SD kelas atas.

Big book atau buku besar ialah media pembelajaran membaca dengan pendekatan membaca bersama (shared reading) yang mempunyai ukuran, goresan pena dan gambar yang besar dengan tujuan bisa dilihat oleh akseptor didik dengan jelas, dibentuk dengan menyesuaikan kebutuhan siswa baik kebutuhan SD jenjang kelas atas ataupun kelas bawah dan terdapat prinsip pengulangan bacaan dengan tujuan untuk mengenalkan rangkain huruf, kata, serta menghubungkan dengan suara alasannya ialah disajikan dalam bentuk verbal (Wardhani, 2015).

Fakta di lapangan akseptor didik kelas 1 SD Muhammadiyah 9 mempunyai kecenderungan kemampuan motorik yang sangat tinggi dengan dibarengi tingginya kemampuan linguistik akseptor didik sehingga kecenderungan suasa kelas sangat ramai. Karakteristik akseptor didik tersebut kuat pada kemampuan fokus dalam membaca apalagi membaca yang butuh waktu usang dan teks bacaan yang panjang.

Fakta dilapangan berikutnya, kemampuan membaca pada akseptor didik kelas 1 SD Muhammadiyah 9 sangat bermacam-macam mulai dari yang sudah lancar membaca, perlu pendampingan dalam membaca hingga akseptor didik yang belum bisa merangkai abjad atau kata secara mandiri. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh agenda Full Day School (FDS) yang masih di selenggarakan di SD Muhammadiyah 9, alasannya ialah menurut isu guru kelas 1 dengan agenda Full Day School (FDS) waktu pelatihan membaca personal bagi akseptor didik yang belum bisa membaca kurang, alasannya ialah pendampingan hanya bisa dilakukan di sela-sela pembelajaran, waktu pemanis pulang sekolah sudah tidak memungkingkan baik fisik maupun kemampuan mendapatkan pemanis pendampingan baik dari sisi akseptor didik maupun tenaga guru.

Berdasarkan fakta di lapangan masih perlunya media untuk melatih penyesuaian membaca pada akseptor didik kelas 1 atau pemula sehingga akseptor didik kelas 1 bisa menyimak cerita, meprediksi gambar, membaca nyaring dan senyap dengan memakai teks sederhana dengan baik. Big book “ di dalam hutan “ salah satu media penyesuaian membaca sempurna alasannya ialah Big book atau buku besar dengan judul di dalam hutan berisi gambar dengan teks sederhana, memuat prinsip pengulangan bacaan dengan pemdekatan membaca bersama (shared reading).

Analisis Masalah

Pembiasaan membaca selama 15 menit setiap hari sebelum proses pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran dan mendorong akseptor didik gemar membaca merupakan acara wajib pengembangan potensi diri yang merupakan bentuk acara gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) di Sekolah sebagai upaya penghargaan terhadap keunikan potensi akseptor didik untuk dikembangkan (Permendikbud No 23 tahun 2015).

Tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdiri dari 3 tahapan yaitu penyesuaian untuk penumbuhan minat baca, tahapan pengembangan melalui acara menanggapi buku pengayaan, dan tahapan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran. Kegiatan penyesuaian jenjang SD kelas bawah terdiri dari menyimak cerita, meprediksi gambar, membaca nyaring dan senyap dengan memakai buku dongeng bergambar tanpa teks ataupun buku dongeng bergambar dengan teks sederhana. Konten bacaan yang sesuai dengan jenjang SD kelas bawah adalah: buku bacaan berukuran besar (big book), buku mengadung pesan moral, buku bergenre fantasi dengan tokoh binatang (fabel), isu sederhana, dongeng mengandung nilai optimis, inspiratif, dan mengembangakan imajinatif (Faizah, 2016).

Big book “ di dalam hutan” ialah media penyesuaian membaca yang dibentuk untuk media pembelajaran jenjang SD kelas bawah yang bertujuan untuk:

1.Membuat akseptor didik bahagia terhadap buku yaitu buku bacaan jenis big book “di dalam hutan” dan bahagia membaca, tertihat dari ketertarikan akseptor didik terhadap buku.

2.Merangsang imajinasi akseptor didik wacana hutan dari gambar latar hutan yang terdiri dari tumbuhan yang besarnya beragam, terdapat aliran sungai, padang rumput dengan cita-cita yang bisa mendiskripsikan kondisi hutan sebetulnya pada akseptor didik.

3.Mengenalkan keragaman jenis binatang yang terdapat dihutan sekaligus sumber kosakata nama-nama binatang mulai dari binatang yang bertubuh kecil hingga besar, dan dari binatang jenis pemakan rumput hingga pemakan binatang lain,

4.Menganalkan wacana kalimat perintah secara tidak pribadi yaitu melalui penyajian dalam bentuk verbal dan suara dari intonasi guru dalam memberi teladan membaca. Sekaligus mengenalkan ciri kata perintah yang diakhiri tanda seru, dikenalkan secara tidak pribadi alasannya ialah melalui prinsip pengulangan dan penulisan yang bisa dilihat oleh akseptor didik secara langsung.

5.Melatih analisis sekaligus ketelitian akseptor didik melalui sajian gambar yang letaknya berpindah-pindah sehingga akseptor didik bisa membedakan posisi hewan. Selain itu di simpulan rangkaian teks sederhana pada gambar muncul raja hutan yaitu singa yang merupakan binatang pemakan daging, dan bertepatan hilangnya kelinci dari hutan. Gambar dan teks sederhana akan merangsang munculnya analisa siswa wacana kejadian tersebut Kemampuan analisa ini ialah salah satu indikator high-order thinking skill (HOTS) (Anderson, 2015).

Hasil observasi lapangan wacana big book “Di dalam hutan” sebagai media penyesuaian literasi. Penggunaan big book “Di dalam hutan” pada kelas 1 Ibnu Kaldun terlihat berjalan dengan baik, awal guru memperlihatkan big book dan memberi isu kalau akan berguru membaca bersama, semua akseptor didik pribadi menempati dingklik masing-masing. Guru membaca judul “Di dalam hutan,” yang ditirukan oleh semua akseptor didik dengan baik. “Apa benar di dalam hutan?” secara responsif beberapa akseptor didik menjawab, ”Benar, kan ada banyak pohonnya.”

Guru melanjutkan membaca dengan sangat baik intonasi tanda baca koma, intonasi kata perintah sangat di perhatikan serta guru membaca dengan artikulasi kata sangat terang sehingga akseptor didik menirukan dengan tepat. Pada kelas Ibnu Kaldun umpan balik bisa di respon oleh beberapa akseptor didik yaitu berupa menyebutkan jenis binatang yang terdapat di hutan.

Pada simpulan observasi akseptor didik ada yang bertanya, “Kenapa kelinci suruh pergi dari hutan?” Teman yang lain merespon, “Karena ada elang atau hutan bukan tempatnya kelinci.” Hasil analisis akseptor didik sangat baik. (Obs 1 Ibnu Kaldun).

Hasil observasi berikutnya di kelas 1 Ibnu Sina. Guru menginformasikan bahwa acara berguru akan diawali dengan membaca nyaring bersama-sama. Guru menginformasikan akad membaca dan mulai memperlihatkan media big book “Di dalam hutan,” semua akseptor didik merespon dengan kompak meminta buku dikelilingkan. Hal tersebut merupakan bukti ketertarikan akseptor didik dengan buku. Pada kelas Ibnu Sina ketertarikan lebih tinggi dengan buku, ketika guru membacakan setiap lembaran teks bacaan akseptor didik banyak yang mendekat pada media dan banyak yang merespon dengan memperlihatkan pertanyaan. “ Ustazah sesudah ini binatang apalagi yang ada di hutan?” ungkapan rasa ingin tahu akseptor didik terhadap media. Dengan kondisi menyerupai itu guru secara cepat melaksanakan pengembangan materi,” Ayo siapa yang tahu binatang apalagi ya yang ada di hutan?”. Peserta didik pun merespon dengan cepat, meskipun binatang yang disebutkan akseptor didik tidak sesuai teks dan gambar, hal tersebut merupakan bukti kemampuan pengembangan bahan dari sisi akseptor didik.

Pertanyaan serupa di kelas 1 Ibnu Sina, “Kenapa kelinci suruh pergi dari hutan?” Jawaban dari temannya, “ Karena ada singa jadi semua takut terus lari”. Teman lain menjawab, “ Singa ialah binatang buas, jadi bisa makan binatang lain.”( Obs 2 Ibnu Sina).

Data observasi di atas sanggup diihtisarkan bahwa big book “Di dalam hutan,” merupakan media penyesuaian literasi yang sempurna alasannya ialah bisa menumbuhkan minat akseptor didik terhadap bacaan dan acara membaca. Selaian itu big book “Di dalam hutan,” bisa memfasilitasi acara membaca pada tahap penyesuaian alasannya ialah terdapat proses menyimak baik pada gambar, teks bacaan ataupun menyimak pertanyaan dan menyimak respon sahabat sejawat. Peserta didik mengalami perkembangan dalam kemampuan memprediksi baik melalui gambar ataupun umpan balik guru. Proses pengembangan imajinasi akseptor didik juga terfasilitasi dalam big book “Di dalam hutan,” buktinya akseptor didik bisa mengimajinasikan kelinci ada di mana dikala keberadaannya tidak ada di hutan.
Pembiasaan literasi melalui big book “Di dalam hutan,” terbukti bisa menerapkan pendekatan membaca bersama (shared reading) terbukti satu media bisa memfasilitasi klasikal secara bersama dengan memperkaya jumlah kosakata akseptor didik wacana jenis binatang yang hidup di hutan. Big book “Di dalam hutan,” juga menerapkan prinsip pengulangan bacaan dengan tujuan untuk mengenalkan rangkain abjad dan kata, sehingga kadang juga menjadikan kebosanan bagi siswa yang sudah berilmu membaca dengan respon refleknya, “Kenapa kok gituu terus? Kelinci, pergilah dari hutan, gitu lagi.” Big book “Di dalam hutan,” bisa menghubungkan dengan suara alasannya ialah disajikan dalam bentuk verbal faktor ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menyajikan proses membaca nyaring pada akseptor didik, alasannya ialah membaca nyaring memerlukan intonasi, artikulasi, pengutamaan kata yang baik sehingga mendukung bacaan lebih terang dan gampang dimengerti (Wardhani, 2015).

Kesimpulan

Kesimpulan dari acara penggunaan media big book “Di dalam hutan,”terbukti bisa sebagai media penyesuaian literasi di kelas 1 SD Muahammadiyah 9 Malang dengan bukti data sebagai berikut:

1.Big book “Di dalam hutan,”mampu menumbuhkan minat akseptor didik terhadap bacaan dan acara membaca akseptor didik.
2.Big book “Di dalam hutan,” bisa sebagai media yang menerapkan semua prinsip tahap penyesuaian acara literasi.
3.Big book “Di dalam hutan,” memenuhi syarat menjadi konten bacaan yang sesuai dengan akseptor didik jenjang SD kelas rendah.

Daftar Pustaka

Anderson, L.,David, K. 2015. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Faizah, U,D. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun2015 wacana Penumbuhan Budi Pekerti.
Wardhani, L. 2015. Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Big Book. Online. Tersedia di . (11-10-2017)

*) Ditulis oleh Louis Ifka Arishinta, M.Pd. Guru SD Muhammadiyah 9 Malang
Advertisement

Iklan Sidebar