Info Terbaru 2022

3 Hal Yang Menjadikan Guru Tak Lagi Dibutuhkan

3 Hal Yang Menjadikan Guru Tak Lagi Dibutuhkan
3 Hal Yang Menjadikan Guru Tak Lagi Dibutuhkan
 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan  3 Hal yang Menyebabkan Guru Tak Lagi Dibutuhkan
Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan (ilustrasi).
Jika sudah ada yang baru, kalau sudah ada yang lebih baik, dan atau kalau sesuatu itu semakin menurun fungsinya, maka sesuatu itu biasanya tak lagi dibutuhkan. Dalam kehidupan ini, telah banyak sesuatu yang tadinya dibutuhkan, ketika ini tinggal kenangan. Tak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian, asyik dengan zona nyaman yang statis, dan menganggap fungsi dan keuntungannya telah maksimal, ialah merupakan “penyakit” yang sering menjangkiti sesuatu yang akan terlupakan dan tak lagi dibutuhkan.

Sesuatu itu bisa alat, bahan, dan atau manusianya. Bagaimana dengan profesi guru? Banyak yang dengan lantang menyampaikan bahwa, meski ketika ini alat, sumber berguru dan isu sudah semakin modern, namun fungsi guru tak mungkin tergantikan. Mustahil ada sesuatu yang sanggup berfungsi layaknya guru dalam proses pembelajaran, khususnya di kelas-kelas. Sarana dan prasarana bagaimanapun canggihnya di dalam kelas, guru akan selalu dibutuhkan. Selain untuk mengoperasikan atau menjalankan semua sarana dan prasarana yang ada, sejatinya yang juga penting ialah bagaimana menanamkan aksara dan kecerdikan pekerti kepada siswa.

Jika hal tersebut sebagai alasan sehingga guru dikatakan tak tergantikan, maka tepatlah hal tersebut. Namun, kalau kedua hal yang teramat penting tadi tidak bisa diemban oleh guru, maka profesi satria tanpa tanda jasa tersebut boleh jadi tak lagi dibutuhkan. Mungkin saja orangnya dan jabatannya masih ada sebagai guru, masih bangun di depan kelas yang berisi siswa-siswa, namun hakikat guru yang diembanya sudah tercerabut di mata siswa-siswanya khususnya dan bangsa ini pada umumnya.

Ada 3 hal yang memungkinkan seorang guru tak lagi dibutuhkan, antara lain:

Tak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian

Guru tidaklah sama dengan instruktur dalam hal kompetensi. Kebanyakan instruktur dari segi teorinya memang andal, namun praktik belum tentu. Contohnya, instruktur sepak bola. Dia tak akan bisa bersaing dengan yang dilatihnya dalam hal bermain sepak bola. Lain halnya dengan guru, ia harus lebih dari siswanya, baik teori maupun praktiknya. Oleh sebab itu, guru harus selalu berbagi diri sehingga tidak tertinggal dengan siswanya. Bahkan, seyogianya guru harus lebih dan bisa memperkenalkan sesuatu yang gres pada kondisi kenantian. Ketidakmampuan guru untuk “memaksa diri” berguru dan terus berguru demi pengembangan dirinya, akan membuatnya tak lagi dibutuhkan.

Asyik dengan zona nyaman yang statis

Kenyamanan dengan keadaan kini tentu sesuatu yang wajar, asalkan arahnya lebih baik. Namun, kalau itu menciptakan seseorang menjadi statis atau bahkan semakin larut dengan kelemahannya, tentu keadaan itu harus disingkirkan. Guru dengan kondisi kesejahteraan yang semakin baik, tentu dibutuhkan berada pada zona nyaman semakin berbagi diri dan menjadi guru pembelajar. Tetapi kalau yang terjadi sebaliknya, dengan menganggap kesejahteraan yang semakin baik ialah puncak dari usahanya, sehingga membuatnya merasa telah tercapai tujuannya menjadi seorang guru, maka diapun mengungkung diri pada zona nyaman yang statis. Maka, hal tersebut sanggup saja membuatnya juga tak dibutuhkan lagi.

Menganggap fungsi dan keuntungannya telah maksimal

Mengagungkan diri sendiri sebab merasa telah berbuat maksimal, bisa menciptakan seseorang lupa bahwa tak ada yang tepat selain Dia. Menganggap diri selalu kurang dan terus berusaha menambah kekurangan tersebut ialah tindakan yang positif. Guru sebaiknya bersikap demikian. Selalu berusaha melaksanakan kreasi dan penemuan demi supaya siswa menerima yang terbaik darinya. Jika seorang guru merasa gembira terhadap hasil yang diperolehnya ibarat para siswanya yang berhasil, itu ialah sesuatu yang wajar. Namun, pujian yang menciptakan guru berhenti melaksanakan perbaikan dan pengembangan, ialah sesuatu yang mesti dihindari. Guru tidak sekadar berhasil sekali, kemudian sehabis itu cukup. Menganggap fungsinya sebagai guru serta manfaat yang diperoleh siswa, merupakan puncak usahanya, merupakan hal yang sangat terburu-buru. Hal ibarat itu, nantinya sanggup menciptakan dirinya tak dibutuhkan lagi.

Baca juga: Guru Sebagai Insan Pembelajar

Oleh sebab itu, guru harus menghindari ketiga hal tersebut. Guru harus selalu berbagi diri sesuai kondisi kekinian dan kenantian, guru sejatinya terus berada pada zona nyaman sebagai guru pembelajar, dan senantiasa berusaha supaya menjadi lebih baik. Semoga semua guru tetap dan semakin dibutuhkan hingga kapanpun. Sekian.

*) Ditulis dan dikirim untuk oleh Muh. Syukur Salman. Guru SD 71 Parepare
Advertisement

Iklan Sidebar